
Kenapa mereka dibutuhkan
Perubahan dari “Partai Sentris” menjadi “Kandidat Sentris” (karena pemilihan langsung) membuat seorang yang ingin mencalonkan diri, dalam mengorganisir kampanyenya membentuk tim sukses pemenangan yang terdiri dari orang orang yang memiliki kedekatan di partai politik ataupun kedekatan pribadi. Seringkali keterbatasan kemampuan dalam manajemen orang-orang dekat kandidat tersebut dalam hal sebuah kampanye, maka dibutuhkanlah jasa profesional konsultan politik yang sudah berpengalaman dalam pemenangan kampanye pemilihan umum.
Konsultan profesional ini yang akan membangun strategi, tema dan pesan-pesan kampanye sekaligus menghitung biaya yang dibutuhkan dalam pertarungan pemilu. Meskipun kandidatlah yang menentukan keputusan jalan atau tidak sebuah strategi namun konsultanlah yang menentukan bagaimana cara menjalankan strateginya. Dari menjalankan survei elektabilitas, penggalangan dana, iklan/promosi di media baik televisi, koran, banner, media online termasuk juga media sosial.
Jasa yang ditawarkan
Masing-masing konsultan politik memiliki produk jasa yang ditawarkan kepada kliennya. Ada yang dari hulu sampai hilir ataupun hanya jasa riset dan survei saja. Semisal LSI menawarkan jasa mulai dari membaca peta dukungan melalui survei, mengubah peta dukungan berdasarkan survei, mengubah strategi pencitraan berdasarkan survei, dukungan melalui mobilisasi opini, hingga menghitung cepat hasil pemilihan langsung.
Selain jasa pemenangan pemilu konsultan politik seperti PolMark juga menawarkan jasa Pemasaran Kebijakan (Policy Marketing) ketika calonnya sudah menang. Jadi konsultan juga menjadi pemberi masukan dan mengkomunikasikan program kerja sesuai dengan janji-janji saat kampanye. Selain itu juga terdapat layanan manajemen partai politik (membantu parpol untuk suatu proyek tertentu) dan jasa layanan survei dan riset.
Menurut Denny JA yang dikutip dalam harian Tempo : Saat ini, ada 497 kabupaten dan kota plus 33 provinsi. Setiap tahun, 100 daerah menggelar pemilihan langsung, jika setiap daerah rata-rata punya tiga calon, ada 300 klien yang membutuhkan konsultan. Dalam setahun, setiap calon menggelar dua-tiga kali survei. Ongkos setiap survei Rp 100-300 juta, bergantung geografinya. Makin ke pelosok atau banyak populasinya, makin mahal. Untuk 400 responden, misalnya, dibutuhkan 20 orang pewawancara yang mesti dilatih serta diberi biaya akomodasi plus honor sekitar Rp 50 ribu per kuesioner. Seluruh biaya survei umumnya masih menyisakan 20-30 persen keuntungan. [5]
Well…. menggiurkan bukan cuplikan artikel tempo tadi membuat saya berpikir ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Makanya muncul banyak konsultan – konsultan politik dari yang kelasnya hanya level daerah sampai level nasional seperti “jamur di musim pilkada”….hehehe.
Riset Politik
Sebelum menangani seorang kandidat, konsultan politik biasanya melakukan riset awal terhadap elektabilitas calon kandidat pada suatu daerah. Dari hasil survei ini biasanya akan terlihat bahwa klien/calon klien mereka berada di posisi mana dibandingkan dengan lawan si klien ini dalam pemilihan. Biasanya riset ini adalah permintaan klien yang ngebet untuk nyalon (tentunya dengan biaya sesuai tarif), ataupun sebagai strategi marketing untuk mendapatkan calon klien (bagi calon yang tidak agresif atau tidak percaya diri). “ini loh pak survei di daerah bapak dan posisi bapak ada disini, gimana kalau kita bantu bapak untuk nyalon. Dijamin Pak bersama kami bisa goal, track record kami membuktikan blablabla…. “. [itu ilustrasi saya aja…hehehe]. Begitulah kira-kira strategi para konsultan untuk mendapatkan klien.
Konsultan politik memiliki tim riset yang bertugas untuk mencari segenap aspek dari karir publik dan kehidupan pribadi dari kandidat yang didukung dan menganalisanya. Tim ini juga harus mengetahui rekam jejak dari lawan kandidat baik kekuatan maupun kelemahannva. Akan lebih mudah memang bagi konsultan politik jika kandidat yang didukung lebih baik daripada lawan. Menemukan keunggulan dari kandidat ataupun mencari kelemahan dari lawan adalah hasil riset yang sangat penting dalam menyusun tema/isu kampanye. Ada beberapa metode yang digunakan tim riset ini dalam memetakan kandidat dan lawannya.
Benchmark survey, Jajak pendapat ini pertama diambil jauh sebelum kampanye untuk memberikan rincian analisis kekuatan dan kelemahan semua stakeholder (kandidat, iklim politik, dan pemilih), peluang dan bahaya dari proses kampanye ke depan. Survei ini diambil 11 sampai dengan 50 bulan sebelum pemilu, dengan sampel 500-1200 pemilih ikut berpartisipasi.
Focus-group analysis, Studi ini dilakukan 12-14 bulan sebelum pemilu biasanya setelah survey benchmark dilakukan. Forum ini bisa dilakukan lewat media radio, online, cetak dan televisi. Misalkan jika ingin menggali keinginan pendukung dari pemilih pemula maka dibuatlah forum diskusi tentang topik tersebut. Ataupun jika ingin menggali keinginan dari pendukung kalangan pengusaha maka dibuatlah forum diskusi antar pengusaha. Acara ini konsepnya, kalau kita sering menonton Metro TV, mirip acara economic challenging. Setiap focus-group akan memiliki delapan sampai dua belas peserta. Dari hasil ini maka strategi kampanye akan lebih mengena ke masing-masing segmen pemilih, meskipun demikian focus-group memiliki kelemahan karena belum mewakili pendapat keseluruhan populasi.
Trend surveys, Diambil empat atau lima bulan setelah benchmark survey, ketika ada gerakan atau perubahan dalam kampanye, seperti iklan dijalankan oleh lawan, survei tren memiliki kira-kira sama ukuran sampel yaitu 500-1200 pemilih, tetapi dalam trend survey ada sedikit pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada sampel.
Dial meter analysis, Digunakan untuk menguji respon pasar (membuktikan hipotetis) dari sebuah iklan kampanye sebelum mereka ditayangkan. Biasanya menggunakan tiga puluh empat puluh peserta.
Tracking polls, Dalam beberapa minggu terakhir kampanye, dilakukan pemungutan suara secara acak untuk menentukan tren akhir dan gerakan preferensi publik. Tracking polls dilakukan bisa lebih dari sekali tergantung perubahan strategi yang dilakukan kandidat untuk mengukur keefektifan strategi kampanye mereka. Misalkan tracking poll dilakukan saat jeda antar putaran 1 dan 2 pemilu. Dalam polling ini sampel rata-rata diambil empat ratus pemilih.
Kampanye negatif itu saya ibaratkan menjual kecap dengan mencari kejelekan pedagang kecap di sebelah. Mengatakan kecap sebelah produksinya kurang higienis karena ada proses yang menggunakan tangan manusia dan membandingkan dengan kecap buatannya yang full mesin ataupun hal negatif lain yang biasanya disertai dengan bukti dan data-data yang lengkap. Namun sering kali kampanye negatif ini menjadi berubah arah semakin dekat ke kampanye hitam dengan penyebaran fitnah atau berita hoax.
Menurut para konsultan di Amerika, mereka menggunakan jenis kampanye ini karena sangat efektif dan banyak suksesnya. Tentu saja banyak sekali kritik akan penggunaan strategi ini karena bersifat strategi kotor dan bisa merusak iklim demokrasi, dan konsultan yang menggunakan cara ini biasanya dicap bersalah atas akibat sosial yang terjadi. namun tidak dipungkiri jika banyak jenis kampanye negatif yang berhasil.
Saat pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2012 antara Obama dan Romney, hanya 6 persen dari $ 239 juta dalam iklan yang dibayar oleh kampanye Obama bernada positif, 73 persen untuk mengkritisi kampanye Romney dan sisanya 11 persen murni negatif., sedangkan Romney menggunakan 12 persen dari $ 92 juta untuk iklan televisi untuk menyampaikan pesan positif dan 51 persen untuk mengkritisi Obama, dan 36 persen adalah murni kampanye negatif. [8]
Mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh lawan adalah hal yang lumrah dan sah, namun bahaya dari penggunaan kampanye ini jika sudah sampai menyerang pribadi dari lawan kandidat. Hal itulah yang tidak diinginkan dalam iklim demokrasi.
Kekuatan uang
Saya sangat miris bila di Indonesia seperti pada quote di bawah ini:
“Uang mendistorsi demokrasi sekarang. Uang tidak hanya menentukan siapa yang menang, tetapi sering yang menjalankan demokrasi. Jika Anda punya ide yang baik dan $ 10.000 dan saya punya ide yang buruk dan $ 1 juta, saya bisa meyakinkan orang bahwa ide yang buruk adalah satu yang baik.”
Logistik kampanye sangat ditentukan oleh besarnya dana kampanye seorang kandidat. Dana ini menentukan konsultan politik yang akan mereka sewa dan scope pekerjaan yang diakukan oleh konsultannya. Biasanya konsultan juga bisa menentukan strategi untuk menggalang dana kampanye sesuai proposal strategi pemenangan. Untuk pendanaan ada dua tipe untuk kampanye yaitu hard money dan soft money.
Hard money adalah sumbangan dana yang diberikan langsung kepada kandidat atau tim resmi pemenangan kandidat saat pemilihan dan ini dibatasi dan diatur ketat oleh regulator, dana ini pun harus dilaporkan kepada regulator setelah diaudit. Namun karena mulai dicatatkan saat kampanye saja dan bukan pengeluaran keuangan dari kandidat selama proses pencalonan yang umumnya cukup panjang laporan ini tidak mencerminkan pengeluaran total kandidat selama pencalonan.
Sedangkan Soft money adalah sumbangan dana yang diberikan kepada organisasi atau kelompok relawan yang memiliki afiliasi tidak langsung dengan kandidat. Besarnya soft money sepertinya ini belum dibatasi oleh regulator. Kita sering melihat munculnya relawan pendukung tertentu diluar tim pemenangan kandidat yang aktifitas mereka kadang lebih agresif dan militan dari tim resmi. Soft money ini juga bisa berupa sumbangan barang, alat peraga, iklan , inisiasi gerakan moral, dan bahkan sumbangan untuk melaksanakan strategi politik kotor seperti money politic dan black campaign. Karena merupakan aktifitas diluar tim pemenangan kandidat maka sulit untuk membuktikan terjadinya pelanggaran.
Biasanya tugas konsultanlah sebagai sutradara selama proses kampanye dalam mengkoordinasikan tim sukses pemenangan resmi dengan organisasi, tim atau relawan diluar tim resmi dalam mengkonsolidasikan strategi yang diambil termasuk jika menggunakan strategi kotor sekalipun.
Kekuatan Media
Peran media sangat dominan dalam sebuah pemilihan. Sosialisasi visi , misi dan program dari semua kontestan pemilihan dilakukan lewat media massa. Publik pun menilai kecocokan program yang ditawarkan oleh para calon mendapatkan informasi dari media massa. Media massa sifatnya adalah independen, mereka meliput semua kandidat secara proporsional baik sisi positif ataupun negatif berdasarkan data-data dan fakta yang terkonfirmasi kebenarannya.
Seiring berjalannya waktu, kekuatan media menjadi semakin besar. Boleh dikatakan hampir semua opini publik yang terbentuk di masyarakat adalah hasil karya media massa. Era sekarang ini ada pameo yang mengatakan “Media Govern” yang mengatur apa yang menjadi persepsi masyarakat. Karena kekuasaan media yang besar maka rawan sekali disalahgunakan.
Pemanfaatan Dunia Maya
